NARASI21.ID – Toxic Positivity Istilah “Toxic positivity” menggambarkan pola pikir yang mendorong orang untuk
mengabaikan atau meremehkan perasaan negatif mereka dan memilih pandangan
optimis yang tidak realistis. Talitha (2021).
Dalam Hadi (2022) Toxic positivityt erjadi ketika seseorang terus-menerus
menemukan alasan untuk menghibur orang lain yang sedang sedih. Motivasi,
konteks, atau perasaan tidak diperhitungkan ketika dorongan berpikir positif ini
diberikan.
Menurut Adrian (2021) istilah “toxic positivity” menggambarkan seseorang yang
memaksakan diri atau orang lain untuk tidak pernah merasa atau berpikir negatif
dan hanya berpikir positif. Jelas dari definisi yang atas bahwa kepositifan beracun
adalah kecenderungan untuk mengabaikan konteks suatu isu demi pandangan
optimis dan penolakan terhadap perasaan tidak menyenangkan.
Mental Health
Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami
perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap
dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam
kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidup (Pieper dan Uden,
2006).
Definisi kesehatan mental dipengaruhi oleh budaya orang tempat tinggalnya. Apa
yang mungkin dilakukan dalam satu budaya mungkin Diluar kebiasaan dan tidak
jamak di kebiasaan lain, dan kebalikannya (Sias, 2006). .Schneiders mengatakan
terdapat tolak ukur yang signifikan sehingga dimanfaatkan dalam mengukur
kesehatan mental. Kriterianya yaitu pertama, kemampuan mental. Kedua,
penanganan dan koalisi pola pikir serta perilaku. Ketiga, koalisi konsep-konsep,
penanganan masalah dan kekecewaan. Keempat, kesadaran dan afeksi yang baik
dan sehat. Kelima, ketenangan atau kedamaian pikiran. Keenam, postur tubuh yang
sehat. Ketujuh, citra diri yang sehat. Kedelapan, identitas ego yang memadai.
Kesembilan, hubungan yang memadai dengan kenyataan (Semiun, 2006).
Tanda-tanda terkena Toxic positivity
Seseorang yang mudah terpengaruh oleh bahasa yang terdengar positif sering kali
luput dari perhatian. Menurut (Puji 2021) Berikut adalah indikator terjadinya hal
tersebut:
1) Memilih untuk tidak menangani masalah dan jawabannya dengan menghindari
atau mengabaikannya.
2) Reaksi internal seseorang terhadap kesulitan sering kali mencakup perasaan
marah, kecewa, atau menyalahkan diri sendiri.
3) Merasa “baik-baik saja” tidak berarti harus menunjukkan kepada dunia
bagaimana perasaan sebenarnya secara emosional.
4) Mungkin mengolok-olok orang lain yang kurang optimis ketika dihadapkan
pada kesulitan.
Cara menghindari toxic positivity
Biasanya seseorang lebih memilih menceritakan permsalahannya dengan orang
terdekatnya, namun tetap harus berhati-hati dengan toxic positivity agar tidak
termakan dengan ucapan atau kata-kata positif nya. Menurut (Puji 2021) terdapat
cara untuk menghindari toxic positivity tersebut, antar lain:
1) Tetaplah mengendalikan emosi buruk yaitu, jangan lepas kendali. Pasalnya, jika
tidak dikelola, emosi negatif bisa berujung pada stres.
2) Pikirkan secara realistis tentang apa yang seharusnya dirasakan. Perasaan cemas,
takut, atau tegang adalah reaksi normal terhadap situasi yang menantang.
3) Mencoba melepaskan diri dari perasaan yang menantang.Menghindari perasaan
ini hanya akan memperburuknya, oleh karena itu lebih baik mengungkapkannya.
4) Keluarkan perasaan dengan cara yang konstruktif ketika sedang melalui masa-
masa sulit. Mengekspresikan emosi secara verbal dapat membantu mengurangi
dampaknya.
KESIMPULAN
Toxic positivity dapat menjadi musuh terbesar bagi kesehatan mental karena dapat
menutup jalan untuk pengolahan emosional yang sehat dan menghambat proses
pemulihan. Alih-alih mengabaikan perasaan negatif, individu perlu diberi ruang
untuk merasakannya, mengelolanya, dan mendapatkan dukungan yang empatik dari
orang lain. Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk mengubah perspektif mereka
tentang emosi negatif dan menghindari memberi nasihat yang memaksa seseorang
untuk selalu berpikir positif tanpa memahami konteks emosional mereka.
Kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan
jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan yang sehat
dengan orang lain. Sehingga Kesehatan mental merupakan kondisi: kesehatan
mental merupakan fondasi dari tercapainya kesejahteraan (well-being) individu dan
fungsi yang efektif dalam komunitasnya.
DAFTRA PUSTAKA
Adrian, Dr. Kevin. 2021. “Mengenal Lebih Jauh Tentang Toxic Positivity.”
Https://Www.Alodokter.Com/Mengenal-Lebih-Jauh-Tentang-Toxic-
Positivity.
Hadi, Abdul. 2022. “Mengenal Toxic Positivity, Ciri & Bahayanya Bagi
KesehatanMental.” Https://Amp-Tirto-
Id.Cdn.Ampproject.Org/v/s/Amp.Tirto.Id/Mengenal- Toxic-
Positivity-Ciri-Bahayanya-Bagi-Kesehatan-Mental-
GnDQ?Amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArA
BIIACAw%3D%3D#aoh=16430237912055&_ct=1643025343
091&referrer=https%3A%2F%2Fwww.Google.
Puji, Aprinda. 2021. “Kenali Dampak Negatif Dari Toxic Positivity Bagi Mental,
PlusTips Menghindarinya.”
Https://Hellosehat.Com/Mental/Gangguan- Mood/Bahaya-Toxic-
Positivity/.
Pieper, J. & Uden, M. V.,2006, Religion in Coping and Mental Health Care, Yord
University Press, New York.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.
Sias. (2006). Kesehatan Mental dan Terapi Psikologis. Jakarta: Ruhama.
Talitha, Tasya. 2021. “Apa Itu Toxic Positivity? Kenali Lebih Dalam Apa Saja Ciri
DanDampaknya.” Https://Www-Gramedia-
Com.Cdn.Ampproject.Org/v/s/Www.Gramedia.Com/Best-
Seller/Toxic-
Positivity/Amp/?Amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKK
AFQArABIIACAw%3D%3D#aoh=16430237912055&_ct=164
3025224010&referrer=https%3A%2F%2Fwww.Google.Com&am
p_tf=Dari%20%251%24s